Oleh
: A’inatul Mardliyah
Malam pergantian tahun adalah malam yang paling
ditunggu-tunggu. Menghabiskan waktu bersama teman-teman, keluarga, ataupun
bersama kekasihnya (“bagi yang punya sih”). Angka-angka itu seakan
sangat berharga. Menunggu detik-detik pergantian tahun. Kembang api di
sana-sini. Saking meriahnya hingga membuat jalanan macet. Hal itu sudah menjadi
budaya di mana-mana.
Malam itu bersama sahabatku, aku bergegas membeli ini itu untuk makan bersama.
Buanyak sekali menu malam itu. kulihat sepanjang jalan di daerah Wonocolo ini
ramai anak-anak muda yang berkumpul. Sebagian berbincang-bincang di tepi jalan,
ada pula yang sedang mempersiapkan tempat untuk acara barbeque-nya. Yang paling
mengesankan adalah kaum ibu-ibu yang menghabiskan waktu di musholla untuk
bersholawat bersama. J Di kampung tempat kontrakanku pun tak kalah ramai.
Kayu-kayu dibentuk sedemikian rupa untuk membuat api unggun. Warganya berdoa
bersama, dilanjutkan dengan acara tasyakuran. Selanjutnya bagi mereka yang
masih bertahan hingga dini hari pun menghabiskan waktu dengan karaokean. Terdengar
nyaring sekali dari kontrakanku.
Aku dan sahabat-sahabatku menghabiskan malam itu
dengan melakukan serangkaian acara, di antaranya khotmil quran, evaluasi target
bagi masing-masing penanggung jawab di LA, evaluasi target diri sendiri untuk
bulan Desember, refleksi akhir bulan sekaligus refleksi akhir tahun, resolusi
sebulan mendatang juga setahun mendatang, plus tasyakuran. Terdengar melelahkan
yaa??? Aku tak hendak menjadikan ini beban, kawan. Lelah untuk kebaikan diri?
Siapa takut!!!! Beberapa teman menyebutnya sok sibuk, tapi ini caraku, cara
kami anak-anak LA untuk memaknai setiap detik yang kami punya. Bagaimana dengan
caramu, kawan??? Tentu menarik, bukan?
***
Keesokan harinya aku menghabiskan waktuuntuk menemani
sepupuku. Kami memutuskan untuk nonton. Waktu itu film yang menarik dan sesuai
dengan waktu kami yaitu “47 Ronin”. Kalau mau tahu ceritanya silahkan dicari
sendiri. Hehe. Film ini bercerita tentang sebuah kisah nyata para samurai yang
pada akhirnya harus di hukum mati namun tetap terhormat karena memperjuangkan
keadilan(“istilahnya mati dengan bermartabat”). Ceritanya diambil dari
kisah nyata para samurai Jepang, yang hingga saat ini hari kematian para
samurai itu tetap dikenang di Jepang.
***
Hal yang juga paling tak terlupakan di minggu ini
adalah acara Assa’idiyah Expo Campus (ASEC) pada tanggal 05 Januari. Bahagianya
bisa berkumpul dengan adik-adik kelasku dan berbagi pengalaman mengenai dunia
perkuliahan. sebenarnya aku ingin mengajak mereka untuk berani bermimpi lebih
tinggi lagi. Takut itu harus dibuang jauh-jauh. Jauuuuuuuh banget. (“mudah2an
yang nulis ini juga bisa menjadi sang pemberani” J ). Hanya boleh takut sama Sang Pencipta.
Walaupun di acara itu kampusku adalah satu-satunya
kampus yang berbasis ke-Islaman, dan boleh dibilang peringkatnya masih belum
bisa menyamai kampus-kampus lain, tapi aku sangat bangga mengenalkan kampusku
ini. UIN Sunan Ampel Surabaya. Selain itu, aku harap adik-adik kelasku punya
jejak-jejaknya sendiri. Mengukir sejarah baru dengan berhasil masuk di kampus
yang lain, kalau bisa hingga ke luar Jawa Timur, syukur-syukur kalau bisa ke
luar Jawa. Pasti bisa. Aamiin. Kulihat mereka begitu antusias mendengarkan
penyampaian kami. Semoga saja mereka benar-benar memupuk keinginannya itu hingga
menjadi keyakinan. Dan benar-benar belajar, plus tak lupa berdo’a. Semoga acara
ini akan terus berlanjut dan berkembang lebih besar lagi. Aamiin. Terima kasih
Bapak/Ibu Guruku tercinta atas dukungan dan semangatnya selama ini. J Semoga Allah memberikan balasan atas kebaikan
Bapak/Ibu Guru.
***
Ini sepenggal kisahku di minggu ini. Bagaimana dengan
kisahmu, kawan? Pasti menarik juga. J emmm … aku ingin mengakhiri catatan ini dengan sebuah
do’aku untuk kedua orang tuaku. “Ya Allah… Ya Tuhanku… Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Ampunilah dosa kedua orang tuaku. Sayangilah mereka sebagaimana
mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil. Untuk Bapak, terimalah segala amal
ibadahnya. Untuk Ibuku tercinta, kebaikan beliau melebihi segalanya ya Rabb,
oleh karena itu, abadikanlah wajah ibuku dengan sebuah senyuman kebahagiaan,
semoga Ibu senantiasa sehat, tak banyak beban pikiran, selalu tersenyum
bahagia. Aamiin.”
0 comments:
Post a Comment