Pages

Monday, March 3, 2014

Catatan Mingguan (30 Desember 2013 - 5 Januari 2014)



Oleh : A’inatul Mardliyah
 
Malam pergantian tahun adalah malam yang paling ditunggu-tunggu. Menghabiskan waktu bersama teman-teman, keluarga, ataupun bersama kekasihnya (“bagi yang punya sih”). Angka-angka itu seakan sangat berharga. Menunggu detik-detik pergantian tahun. Kembang api di sana-sini. Saking meriahnya hingga membuat jalanan macet. Hal itu sudah menjadi budaya di mana-mana.
Malam itu bersama sahabatku,  aku bergegas membeli ini itu untuk makan bersama. Buanyak sekali menu malam itu. kulihat sepanjang jalan di daerah Wonocolo ini ramai anak-anak muda yang berkumpul. Sebagian berbincang-bincang di tepi jalan, ada pula yang sedang mempersiapkan tempat untuk acara barbeque-nya. Yang paling mengesankan adalah kaum ibu-ibu yang menghabiskan waktu di musholla untuk bersholawat bersama. J Di kampung tempat kontrakanku pun tak kalah ramai. Kayu-kayu dibentuk sedemikian rupa untuk membuat api unggun. Warganya berdoa bersama, dilanjutkan dengan acara tasyakuran. Selanjutnya bagi mereka yang masih bertahan hingga dini hari pun menghabiskan waktu dengan karaokean. Terdengar nyaring sekali dari kontrakanku.
Aku dan sahabat-sahabatku menghabiskan malam itu dengan melakukan serangkaian acara, di antaranya khotmil quran, evaluasi target bagi masing-masing penanggung jawab di LA, evaluasi target diri sendiri untuk bulan Desember, refleksi akhir bulan sekaligus refleksi akhir tahun, resolusi sebulan mendatang juga setahun mendatang, plus tasyakuran. Terdengar melelahkan yaa??? Aku tak hendak menjadikan ini beban, kawan. Lelah untuk kebaikan diri? Siapa takut!!!! Beberapa teman menyebutnya sok sibuk, tapi ini caraku, cara kami anak-anak LA untuk memaknai setiap detik yang kami punya. Bagaimana dengan caramu, kawan??? Tentu menarik, bukan?
***
Keesokan harinya aku menghabiskan waktuuntuk menemani sepupuku. Kami memutuskan untuk nonton. Waktu itu film yang menarik dan sesuai dengan waktu kami yaitu “47 Ronin”. Kalau mau tahu ceritanya silahkan dicari sendiri. Hehe. Film ini bercerita tentang sebuah kisah nyata para samurai yang pada akhirnya harus di hukum mati namun tetap terhormat karena memperjuangkan keadilan(“istilahnya mati dengan bermartabat”). Ceritanya diambil dari kisah nyata para samurai Jepang, yang hingga saat ini hari kematian para samurai itu tetap dikenang di Jepang.
***
Hal yang juga paling tak terlupakan di minggu ini adalah acara Assa’idiyah Expo Campus (ASEC) pada tanggal 05 Januari. Bahagianya bisa berkumpul dengan adik-adik kelasku dan berbagi pengalaman mengenai dunia perkuliahan. sebenarnya aku ingin mengajak mereka untuk berani bermimpi lebih tinggi lagi. Takut itu harus dibuang jauh-jauh. Jauuuuuuuh banget. (“mudah2an yang nulis ini juga bisa menjadi sang pemberaniJ ). Hanya boleh takut sama Sang Pencipta.
Walaupun di acara itu kampusku adalah satu-satunya kampus yang berbasis ke-Islaman, dan boleh dibilang peringkatnya masih belum bisa menyamai kampus-kampus lain, tapi aku sangat bangga mengenalkan kampusku ini. UIN Sunan Ampel Surabaya. Selain itu, aku harap adik-adik kelasku punya jejak-jejaknya sendiri. Mengukir sejarah baru dengan berhasil masuk di kampus yang lain, kalau bisa hingga ke luar Jawa Timur, syukur-syukur kalau bisa ke luar Jawa. Pasti bisa. Aamiin. Kulihat mereka begitu antusias mendengarkan penyampaian kami. Semoga saja mereka benar-benar memupuk keinginannya itu hingga menjadi keyakinan. Dan benar-benar belajar, plus tak lupa berdo’a. Semoga acara ini akan terus berlanjut dan berkembang lebih besar lagi. Aamiin. Terima kasih Bapak/Ibu Guruku tercinta atas dukungan dan semangatnya selama ini. J Semoga Allah memberikan balasan atas kebaikan Bapak/Ibu Guru.
***
Ini sepenggal kisahku di minggu ini. Bagaimana dengan kisahmu, kawan? Pasti menarik juga. J emmm … aku ingin mengakhiri catatan ini dengan sebuah do’aku untuk kedua orang tuaku. “Ya Allah… Ya Tuhanku… Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ampunilah dosa kedua orang tuaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil. Untuk Bapak, terimalah segala amal ibadahnya. Untuk Ibuku tercinta, kebaikan beliau melebihi segalanya ya Rabb, oleh karena itu, abadikanlah wajah ibuku dengan sebuah senyuman kebahagiaan, semoga Ibu senantiasa sehat, tak banyak beban pikiran, selalu tersenyum bahagia. Aamiin.”

0 comments:

Post a Comment