Oleh
:A’inatul Mardliyah
Bila bahagia itu bisa dilukiskan. Aku ingin
melukiskannya dengan sejuta warna. Tak cukup dengan warna merah, jingga,
kuning, hijau, nila, dan ungu. Rasanya pelangipun tak dapat menggambarkan
kebahagiaan. Namun cukuplah wajah ini yang menggambarkan kegembiraan yang
membuncah itu menjadi sebuah tatanan sederhana dalam seulas senyuman.
Bila boleh berangan, aku ingin terbang ke angkasa sana
dan menari-nari menyapa planet-planet dan satelit-satelit yang setia
mendampinginya. Melesat cepat seperti komet dan jatuh bersama bintang-bintang
harapan. Yah… Itulah indahnya mimpi. Tak akan ada yang bisa menyalahkan
mimpiku. Walau itu memang takkan mungkin terjadi.
Aku bahagia telah dipertemukan dengan sahabat-sahabat
impianku. Mereka tak mengejekku atas impian-impian yang menjulang terlampau
tinggi itu. bahkan mereka mengajakku untuk berpetualang dengan impian-impian
yang lebih besar, lebih menantang, dan lebih tak mungkin untuk diwujudkan. Aku
senang dengan itu semua. Sahabat-sahabat impianku. Salah satu anugerah yang
kudapatkan di tahun ini. J
***
Aku mulai menemukan beberapa jawaban atas tanda tanya
besarku. Aku merasa menemukan peta hidupku, lengkap dengan kompasnya. Hidupku
lebih terarah dengan berbagai target yang kubuat tiap bulannya. Rutin dalam
setahun ini. Rasanya menyenangkan.
Petualanganku, not only about love. J bisa dibilang lebih berwarna dan berharga untuk
dikenang. Di tengah sunyinya hari, aku dan sahabat-sahabat impianku belajar dan
berdiskusi bersama, disaat yang lain menikmati liburan akhir semester, kami
menempa diri untuk bisa menulis di media massa. Disaat heningnya malam, kami
merancang sebuah impian-impian yang terbilang sangat “gila” dan berani. Disaat
langit meurunkan hujanpun kami masih sibuk berdiskusi. Di tengah teriknya
mentari pun kami terus melangkah, mengukir jejak-jejak impian. Evaluasi,
refleksi, dan resolusi pun menjadi rutinitas kami tiap akhir bulan. Beberapa
refleksi lain di hari-hari penting pun tak lupa kami lakukan. Menyenangkan,
bukan? J
Hal-hal menarik saat mengunjungi tempat-tempat yang
belum pernah kukunjungi. Semuanya masih terekam jelas di memoriku. Melakukan
refleksi dan belajar bersama di tengah malam yang sunyi di bawah patung Sang
Proklamator (di makam Bung Karno, Blitar), mengunjungi nyala api yang tak
kunjung padam pada dini hari (Bangkalan, Madura), melawan ombak untuk mencapai
Pulau Oxigen (Giliyang, Madura) dengan menggunakan perahu kecil, membaur dengan
anak-anak di sekolah negeri dongeng, di Sidioarjo (aku merasa sedang berada
di film Laskar Pelangi waktu itu, dan ku menyebut sekolah itu sekolah
negeri dongeng J ), atau refleksi di tengah dinginnya malam di Gunung
Bromo (aku benar-benar telah membeku, kawan) serta mendaki puncaknya
dengan terus berjalan, berjalan, dan berjalan (tak peduli dengan tawaran
naik motor, kuda, atau apalah, yang menurut kami bisa mengurangi esensi
petualangan kami), dan beberapa petualangan lagi yang tak mudah dan tak
akan pernah terlupakan. J
***
Harapanku di tahun mendatang, semoga menjadi manusia
yang lebih baik dalam segala hal tentunya. Semakin sadar pentingnya belajar dan
berusaha, tak lupa diiringi dengan do’a yang benar-benar tulus. Semoga target
tahun depan bisa sukses terselesaikan. Aamiin. Harapanku juga, semoga bisa
keliling Indonesia. J aamiin.
0 comments:
Post a Comment